! You are not logged in to Prodigits. Please register or login.

Tauhid - Topics

* Tauhid > Topics


Subject: AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH
Replies: 78 Views: 26966
6-<< 2-<

xram2 7.04.09 - 04:43pm
Jika diartikan alloh berada di arasy atau berada dilangit, maka sudah tentu bersalahan dgn sifat salbiah yakni mukholafatuhu lil khawadist yaitu tidak serupa alloh dgn sekalian alam. Sedangkan arasy dan langit itu adalah tempat. Tapi ayat qur'an itu jelas2 mengatakan alloh bersemayam diarasy. Maka untuk itu perlu diketahui, bahwa ayat2 alqur'an itu bermacam2 jenis. Ada yg nash, ada khobar, ada pula ayat takwil dan ayat2 mutasyabbihat yg tidak bisa dimaknakan menurut johir ayat tersebut.
*

xram2 8.04.09 - 01:17am
Maka ayat2 qur'an maupun hadist yg bersifat takwil atau mutasyabbihat ini tidak bisa dimaknakan menurut johirnya saja. Jika tetap dimaknakan menurut johirnya seperti alloh bersemayam diarasy, maka ayat ini tentunya telah membatalkan sifat salbiah yakni sifat yg wajib bagi alloh ta'ala yakni mukholafatuhu lil khawadist. Maka sudah barang tentu, hal ini mustahil pada hukum aqal jika dikatakan alloh ta'ala itu mumatsalatu lil khawadist atau serupa dgn alam. Jika alloh serupa dgn alam, niscaya kekurangan bagi alloh sedangkan alloh itu kamalat yakni maha sempurna. Inilah dalil aqal yg dihukumkan dgn hukum aqal yg sifatnya mutlak, dan bukan aqal2an. Hukum aqal itu jika menyangkut dgn perkara alloh ta'ala hanya berlaku 2 hukum saja, yakni ; 1.WAJIB AQAL = hal yg mustahil pada aqal akan tiadanya maka wajib adanya.
2.MUSTAHIL AQAL = hal yg wajib pada aqal akan tiadanya maka mustahil adanya.
Untuk alam barulah dipakai hukum HARUS AQAL, yakni boleh ada boleh jg tiada. Hal ini mesti dipahami agar kita tidak tersesat dalam hukum aqal ini, sehingga kita jadi salah dalam mengitiqodkan yg mustahil pada alloh ta'ala menjadi wajib.
*

xram2 8.04.09 - 01:29am
Ilmu tauhid, ilmu fiqih dan ilmu tasawuf, memiliki hantarannya masing2, walaupun tetap dalam satu makna yakni MENTAUHIDKAN ALLOH TA'ALA atau mengESAkan alloh ta'ala. Ilmu tauhid hantarannya lebih kpd hukum aqal dan dalil2 aqal, dalil naqal hanya sebagai penegas kebenarannya. Ilmu fiqih hantarannya pada dalil naqal yg dinashakkan. Sedangkan tasawuf hantarannya kepada hati., sbb itu pula ilmu tasawuf disebut juga dgn ilmu rasa. Namun baik fiqih atau tasawuf tetap lah sumbernya dari ushuluddin atau ilmu tauhid yg bersumber dari al-qur'an dan hadist. *

xram2 8.04.09 - 10:02am
Kemudian saya bertanya begini ''jika suatu saat, iblis datang kepada kita lalu menjelma sebagai sesuatu zat yg belum pernah kita lihat, atau sebagai suara yg belum pernah kita dengar, atau sebagai bau yg belum pernah kita cium, atau sebagai rasa yg belum pernah kita cicipi, atau suatu rasa yg belum pernah kita rasakan, kemudian iblis tersebut mengaku sebagai tuhan, bagai mana atau apa dalil yg kita gunakan untuk menolaknya atau membedakan antara iblis dan alloh? Jika dicari sekalipun didalam alqur'an maupun hadist, kita tidak akan menjumpainya. Karena hal itu sudah termaktub didalam ''laitsa kamitsluhu sai'un-tidak serupa alloh dgn sekalian alam. Karena itulah, pendahuluan masuk dalam mempelajari tauhid itu dgn mengenal alam terlebih dahulu, baru kemudian mengenal alloh. Seperti isyarat dari hadist rasululloh ''barang siapa mengenal dirinya bahwasanya mengenal ia akan tuhannya- mengenal diri sama juga dgn mengenal alam, sbb diri kita adalah gambaran lengkap dari sekalian alam ini. Segalanya ada didalam diri kita. *

xram2 9.04.09 - 01:43am
Dinukil dari riwayat lukmanul hakim.
Seorang ayah dan anak yg baru menjelang aqil baligh melakukan perjalanan dgn membawa seekor keledai. Keledai adalah binatang pengangkut beban yg lebih kecil dari kuda.
Dalam perjalanan, pertama kali, si ayah yg menunggangi keledai itu dan sianak berjalan didepan dgn menarik tali kekang. Dijalan, mereka berpapasan dgn org lain, dan org itu mencela si ayah yg ga punya perasaan, enak2an diatas keledai sedangkan anaknya disuruh jalan.


Setelah dicela org, si ayah pun turun dan berganti si anak yg naik diatas keledai. Berikutnya, mereka berpapasan dgn org lain lagi. Dan org inipun mencela si anak yg ga berbakti dan ga tau diri. Ayahnya disuruh jalan sedang sianak enak2an diatas keledai.


Kemudian ayah dan anak sama2 naik dipunggung keledai dan meneruskan perjalanan. Ketika berpapasan lagi dgn org2, kembali mereka dicela sebagai m ia kejam, keledai kecil dinaikin berdua.

Siayah naik, salah..



Sianak yg naik juga salah.

Naik berdua pun salah..
Akhirnya, keledai itupun hanya digiring oleh ayah dan anak ini. Dijalan, kembali mereka berpapasan dgn org lain dan lagi2 masih mencela dgn mengatakan ayah dan anak ini adalah org yg paling tolol dan bego, sbb, ada tunggangan k*k ga digunakan..?

Inti dari cerita ini adalah seperti yg dinasihatkan lukmanul hakim pada anaknya. Bahwa- dimata m ia, tidak ada yg benar, semuanya ada salahnya.


Maka dari itulah, ketika kita berbuat sesuatu, jangan dikarenakan pendapat si A atau pendapat si B atau pendapat org banyak. Berbuatlah dgn sesuatu yg benar menurut hukum. Sebab, jika pendapat orang, seperti dalam cerita ini, perbuatan sebaik apapun yg kita lakukan tetap aja ada salahnya dimata orang lain. *

awam 2.06.09 - 06:27am
-Menyimak- Teruskan Bong... *

6-<< 2-<


* Reply
* Tauhid Forum


fav Bookmarks

Search:
topics replies


* Tauhid (8)

Custom Search